Sejarah Kepanduan Sebagai Cikal Bakal Gerakan Pramuka di Indonesia

Gambar. Anggota Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO). (Foto/pramuka-smpn196.blogspot.com)

 

Gerakan Kepanduan merupakan akar dari cikal bakal berkembangnya Gerakan Pramuka di Indonesia. Gerakan ini dibawa oleh Belanda saat Indonesia masih menjadi negara dalam pengaruh dan jajahan pada awal abad 20. Pandu di Indonesia kala itu masih cenderung mengikuti gaya Eropa. Organisasi kepanduan yang pertama berkembang bernama Nedherlands Padvinders Organisatie (NPO) yang kemudian berganti nama menjadi Nedherlands Indische Padvinders Vereeninging (NIPV). Pada awalnya organisasi ini beranggotakan kaum kulit putih Belanda dan anak para pejabat pemerintahan. Javanese Padvinders Organisatie (JPO) merupakan organisasi kepanduan pertama yang murni beranggotakan kaum pribumi, didirikan oleh Mangkunegara VII di Suarakarta pada 1916.

Menguatnya semangat nasionalisme membuat Gerakan Kepanduan muncul di berbagai daerah bahkan beberapa organisasi kebangsaan pun turut mendirikan kepanduan masing – masing.

1. Taruna Kembang di Keraton Surakarta dibawah pengasuh Pangeran Suryobroto;

2. Al Irsyad di Surabaya pad 1923;

3. National Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung;

4. Pandu Pemuda Sumatera;

5. Padvinders Organisate Pasundan (POP);

6. Pandu Kesultanan (PK);

7. Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI);

8. Sinar Pandu Kita (SPK);

9. Padvinder Muhammadiyah pada 1918 yang kemudian berganti menjadi Hizbul Wathan (HW);

10. Syariat Islam Afdeling Padvinderij (SIAP) oleh Syarikat Islam;

11.  Nationale Padvinderij (Kepandual Nasional) pada 1921 oleh Boedi Oetomo bersamaan dengan berdirinya Jong Java;

12. Pandu Ansor, Al Wathoni, dan Kepanduan Islam Indonesia.

13. Tri Dharma, Kepanduan Masehi Indonesia (KMI) serta Kepanduan Azas Katolik Indonesia (KAKI).

Pergerakan kepanduan kemudian mendapatkan perhatian dari pihak pemerintah Belanda pada masa itu. Nama padvinders dan padvinderij dilarang dalam penggunaan istilah organisasi atau pergerakan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut K.H. Agus Salim megusulkan kata ‘pandu’ untuk mengubah padviders dan ‘kepanduan’ untuk padvinderij. Karena jasa ini lah beliau disematkan menjadi Bapak Pandu Indonesia.

Pada 1931 banyak berdirinya kepanduan di Indonesia membuat para pemuka organisasi tersebut berinisiatif untuk membentuk persatuan kepanduan yang meleburkan berbagai kepanduan di Indonesia kala itu dan menyelenggarakan sebuah Jamboree. Tindak lanjut dari inisiatif tersebut kemudian dibentuklah Badan Poesat Persaoedaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) sebagai penyelenggaran All Indonesian Jambore. Pada 1938 dalam konferensi BPPKI di Bandung istilah All Indonesia Jambore dirubah menjadi Perkemahan Kebangsaan Oemoem (Perkino) dengan mempertimbangkan semangat kebangsaan. Perkemahan ini kemudian berhasil terlaksana pada 19 Juli 1941 di Yogyakarta.

 

Sumber :

Anton Kristiadi Mulyatno. (2014). ENSIKLOPEDIA PRAJA MUDA KARANA (Jilid. 1). Surakarta: PT. Borobudur Inspira Nusantara.